Rabu, 17 April 2013

laporan kimia dasar


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
PERCOBAAN III

              PENGENALAN INDIKATOR






 











NAMA             : DICKY DWI PURYANTO
                                    NIM                 : E1E112205
KELOMPOK  : 3 (Tiga)
ASISTEN         : YAHYA SOLIKHIN
                           
                                             



PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
 





PERCOBAAN III
PENGENALAN INDIKATOR
I.              TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan penggunan indikator yang sesuai dengan kondisi titrasi.
                             
II.           TINJAUAN PUSTAKA
Pada proses analisis  contoh yang menggunakan metode titrasi visual, peranan indikator sangat penting dalam menentukan kondisi titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Kesalahan dalam menggunakan indikator mengakibatkan kesalahan dalam menentukan suatu kadar suatu contoh. Indikator merupakan senyawa asam atau basa lemah organik, yang memiliki keadaaan molekul tak terionisasi dan molekul terionisasi, yang ditunjukkan dalm perbedaan warna. Kesetimbangan perubahan indikator dapat ditunjukkan oleh reaksi berikut :
Hln       +    H2O     ln-   H3O+
Warna A                           warna B

             Ka=[H3O+] [ln-]
                               [Hln]

                      pH = pKa – log [Hln]
                                                [ ln- ] (Day and Underwood, 1998)
Indikator yang baik harus memenuhi beberapa syarat seperti dibawah ini :
1.         Indikator harus lebih lemah dari asam atau basa analit, sehingga indikator akan bereaksi terakhir dengan titran.
2.         Jumlah indikator yang ditambahkan harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah analit, sehingga tidak memerlukan jumlah yang besar dalam proses memberikan indikasi atau perubahan warna.
3.         Indikator harus berwarna sangat jelas, sehingga hanya diperlukan beberapa tetes titran larutan encer untuk menghasilkan warna yang mudah diamati oleh mata (Gunawan,1998).
Pemilihan indikator yang benar berdasarkan pada perubahan pH larutan contoh yang terjadi pada saat titrasi menggunakan larutan standar. Rentang perubahan pH yang menimbulkan perubahan warna yang jelas harus diketahui. Pada titrasi larutan asam dan basa, indikator yang sering digunakan didasarkan pada perubahan pH larutan yang terjadi, antara lain :
1.         Asam kuat dengan basa kuat, dapat menggunakan beberapa indikator.
2.         Asam kuat dengan basa lemah, dapat menggunakan indikator metil orange.
3.         Asam lemah dengan basa kuat, dapat menggunakan indikator phenolphthalein.
4.         Asam lemah dengan basa lemah, tidak ada indikator yang memenuhi, karena merupakan system buffer, maka analisis disarankan secara potensiometri (Harjadi, 1990).
Karena terbentuknya endapan mendasarkan pada harga konstanta hasil kali kelarutan (KSP), biasanya kesulitan terjadi pada pemilihan konsentrasi dari indikator. Konsentrasi indikator harus diatur sehingga perkalian konsentrasi dari ion kromat dengan konsentrasi kuadrat kation perak saat titik ekivalen sedikit lebih besar dari harga KSPnya. Bila konsentrasi indikator terlalu besar maka titik akhir titrasi terjadi sebelum titik ekivalen. Sebaliknya bila indikaor terlalu encer titik akhir titrasi terjadi setelah titik ekivalen. Oleh karena itu harus diusahakan agar titik akhir titrasi terjadi bersamaan atau sedekat mungkin dengan titik ekivalen dengan cara mengatur konsetrasi ari indikatornya. (Vogel A.I. 1958).
Terkadang dalam suatu proses titrasi dapat digunakan indikator ganda yang merupakan gabungan beberapa indikator. Keuntungan dari indikator ini adalah mempunyai batas titik akhir titrasi sangat jelas. Salah satu jenis indikator ini adalah indikator universal atau lebih dikenal dengan indikator bogen. Beberapa perubahan indikator warna indikator dan rentang pH indikator terlihat pada label berikut ini :

Table perubahan warna indikator, rentang pH indikator pH kritis :
No.
Indikator
Perubahan warna asam basa
Rentang pH
pH kritis
1.
Timol Blue
Merah Kuning
1,2 - 2,8
1,9
2.
Jingga Metil
Merah Jingga
3,1 - 4,4
3,7
3.
Biru brom Metill
Kuning - Violet
3,0 - 4,6
4,0
4.
Hijau Brom Kresol
Kuning Biru
3,9 - 5,4
4,6
5.
Merah Metil
Merah Kuning
4,2 - 6,2
5,7
6.
Biru Brom Timol
Kuning Biru
6,0 - 7,6
6,9
7.
Phenolphtalein
Tidak Berwarna –Merah
8,0 - 9,8
8,3
(Sumber: Anonim. 2011)

III.        ALAT DAN BAHAN
A.           Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi pipet tetes sebanyak 5 buah, plat kaca dengan 8 lubang sebanyak 2 buah, beaker gelas 100 ml sebanyak 4 buah dan botol semprot 1 buah.

B.            Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah indikator metil merah sebanyak 3 ml, phenolphtalein 3 ml, metil jingga 3 ml, HCl 0,1 N dengan pH = 3,0 sebanyak 50 ml, NaOH 0,1 N dengan pH = 9,0 sebanyak 50 ml dan akuades secukupnya serta kertas putih.


IV.        PROSEDUR KERJA
1.        Plat kaca disiapkan.
2.        Pada masing-masing lubang plat kaca diteteskan indikator yang akan dianalisis sebanyak 3 tetes untuk tiap lubangnya.
3.        Warna asal masing-masing indikator yang dianalisis dicatat.
4.        Pada tiap lubang yang berisi indicator, masing masing diteteskan 3 tetes HCl 0,1 N.
5.        Perubahan warna masing-masing indikator yang dianalisis dicatat.
6.        Pada tiap lubang yang telah berisi indikator masing-masing diteteskan 5 tetes NaOH 0,1 N.
7.        Perubahan warna masing-masing indikator yang di analisis dicatat.
8.        Langkah 1-7 di atas dilakukan untuk penambahan larutan NaOH lebih dahulu kemudian larutan HCl.

V.           HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Pengamatan
No.
Indikator
Warna Awal
1.
Metil Orange
Merah
2.
Metil Merah
Merah
3.
Phenolphtelaein
Tidak Berwarna
4.
Biru Timol
Biru

1.         Indikator Metil Orange
No.
Indikator + Larutan
Warna Hasil
1.
MO + HCl
Merah Muda
2.
MO + NaOH
Orange
3.
MO + HCl + NaOH
Merah Tua
4.
MO + NaOH + HCl
Merah Muda

2.         Indikator Metil Merah
No.
Indikator + Larutan
Warna Hasil
1.
MM + HCl
Ungu
2.
MM + NaOH
Orange
3.
MM + HCl + NaOH
Ungu
4.
MM+ NaOH + HCl
Merah

3.         Indikator Phenophtaelin
No.
Indikator + Larutan
Warna Hasil
1.
PP + HCl
Putih
2.
PP + NaOH
Ungu
3.
PP + HCl + NaOH
Ungu
4.
PP + NaOH + HCl
Bening

4.         Indikator Biru Timol
No.
Indikator + Larutan
Warna Hasil
1.
Biru Timol + HCl
Biru tua
2.
Biru Timol + NaOH
Biru
3.
Biru Timol + HCl + NaOH
Biru 
4.
Biru Timol + NaOH + HCl
Merah muda

5.         Indikator Biru Borm Timol
No.
Indikator + Larutan
Warna Hasil
1.
Biru Borm Timol + HCl
Orange
2.
Biru Borm Timol + NaOH
Biru muda
3.
Biru Borm Timol + HCl + NaOH
Biru muda
4.
Biru Borm Timol + NaOH + HCl
Bening

B.    Pembahasan
Dalam praktikum ini adalah praktikum perubahan warna indikator. Dimana bahan-bahannya berupa merah metil, phenolphtalien, metil orange atau jingga metil, biru timol dan biru timol brom. Kemudian ditambahkan dengan larutan asam dan basa yakni NaOH dan HCI sehingga terjadi perubahan warna larutan.
Percobaan pertama penambahan metil merah pada larutan HCI menghasilkan perubahan warna pada larutan yakni kuning. Penambahan metil merah dengan larutan yang bersifat basa(NaOH) menghasilkan warna kuning. Penambahan larutan antara asam dan basa, yang dimulai dengan larutan NaOH kemudian ditambahkan HCI dengan indikator metil merahmenghasilakan warna merah pada larutan tersebut. Sedangkan jika larutan dituangkan menjadi penambahan indikator metil merah pada larutan HCI yang bersifat asam ditambah larutan NaOH yang bersifat basa menghasilkan perubahan warna menjadi ungu.
Percobaan ke dua dilakukan dengan indikator jingga metil, penambahan jingga metil atau metil orange pada larutan asam maupun basa akan menghasilkan perubahan warna pada larutan tersebut. Penambahan indikator metil orange atau jingga metil pada larutan HCI akan menghasilkan perubahan warna menjadi merah muda, sedangkan penambahan indikator orange pada larutan NaOH akan terjadi perubahan warna menjadi jingga. Penambahan indikator yang sama yakni jingga metil pada larutan NaOH yang ditambah dengan larutan HCI akan terbentuk perubahan warna merah muda, sama halnya dengan indikator jingga metil ditambah dengan HCI. Sedangkan penambahan indikator metil orange dengan larutan yang diawali dengan larutan HCI ditambah NaOH, maka terjadi perubahan warna pada larutan menjadi merah muda.
Percobaan ke tiga menggunakan indikator phenolphtalein yang bertujuan untuk diketahui perubahannya saat direaksiakan dengan larutan HCI, NaOH,HCL dan NaOH dan NaOH dengan HCI. Penambahan indikator phenolphtalein pada larutan NaOH yang bersifat basa menghasilakn peubahan warna ungu. Sedangkan penambahan indikator phenolphtalein pada HCI maka terjadi perubahan warna putih. Penambahan indikator yang sama yakni phenolphtalein pada larutan NaOH yang ditambah larutan HCI maka akan menghasilkan warna bening dan penambahan indikator phenolphtalein dengan larutan yang diawali dengan larutan HCI ditambah NaOH, maka terjadi perubahan warna pada larutan menjadi ungu.
Percobaan ketiga menggunakan indikator biru timol, penambahan biru metil pada larutan HCI yang menghasilkan warna biru tua, sedangkan penambahan indikator biru timol pada larutan NaOH akan menghasilkan warna biru. Penambahan indikator yang sama yakni biru timol  pada larutan tan NaOH kemudian ditambah lagi larutan HCI akan menghasilkan warna merah muda dan penambahan indikator biru timol yang diawali dengan larutan HCI ditambah lagi larutan NaOH, maka terjadi perubahan warna pada larutan menjadi warna biru.
Percobaan empat menggunakan biru timol brom, penambahan biru timol brom pada larutan NaOH akan menghasilkan warna biru muda, sedangkan penambahan indikator biru timol brom pada larutan NaOH yang ditambah larutan HCI maka akan menghasilkan warna bening dan penambahan indikator biru timol brom yang diawali penembahan larutan HCI kemudian ditambah larutan NaOH maka warna akan mengalami perubahan menjadi warna biru muda.

VI.        KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.        Indikator adalah senyawa asam basa lemah organik yang memiliki keadaan molekul tak terionisasi yang ditunjukkan dengan perubahan warna.
2.        Indikator harus lebih lemah dari asam atau basa analit, jumlah indikator yang ditambahkan harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah analit, indikator harus jelas warnanya.
3.        Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah metil merah, phenolphtalein dan metil jingga.
4.        Keuntungan dari indikator adalah mempunyai batas titik akhir titrasi sangat jelas.
5.        Larutan asam dapat menetralisir sifat basa dan sebaliknya, sehingga indikator mengalami perubahan warna. Perubahan warna pada indikator juga tergantung sifat asam atau basa pada larutan.
6.        Perubahan warna indikator jingga metil adalah dari warna merah berubah menjadi warna jingga yang mana rentang pHnya dari 3,1 sampai 4,4. Pada indiktor merah metil perubahan warna dari warna merah menjadi warna kuning dan rentang pHnya dari 4,2 sampai 6,2. Indikator PP perubahan warna dari tidak berwarna menjadi wrna ungu dan rentang pHnya dari 8,0 sampai 9,8.


















                        DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengenalan indikator
             Diakses pada tanggal 23 November 2012
Day, R.A. Jr and A.L. Underwood, 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Edisi revisi,
Tejemahan R. Soendoro dkk. Penerbit Erlangga. Jakarta
Gunawan, Adi. 1998. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta
Vogel A. I. 1958, A Texk Book Of Quantitative Inorganic Analysis, Second
Edition, Longmans, New York.




















LAMPIRAN
1.      Apa yang dimaksud dengan pH kritis ?
Berikan komponen – komponen indikator pada indikator universal ?
Warna apakah yang terjadi pada Beaker Gelas 1 dan 2 ? Mengapa demikian ?
2.      Jika ditambahkan indikator Metil Red pada gelas pada Beaker Gelas 4, warna apa yang terjadi ? Mengapa demikian?
Jawab :
1.      pH kritis adalah pH larutan yang terlalu asam (mempunyai pH 1,2 atau 3) atau pH larutan yang terlalu basa (mempunyai pH 8 atau 9)
2.      Komponen indikator pada indikator universal adalah berbentuk kertas berwarna kuning, jika dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa, warna kertas akan berubah sesuai keasaman dan kebasaan.
3.      Warna yang terjadi pada beaker gelas 1, yang berisi HCl yang ditetesi indikator Phenol Phtalin berwarna bening (tidak berwarna), karena HCl merupakan asam kuat.
4.      Warna yang terjadi beaker gelas 4,berisi NaOH yang ditetesi indikator Metal Red berwarna kuning, karena NaOH merupakan asam kuat.




 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar