LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
PERCOBAAN III
PENGENALAN INDIKATOR
![]() |
NAMA : DICKY DWI PURYANTO
NIM : E1E112205
KELOMPOK : 3 (Tiga)
ASISTEN : YAHYA SOLIKHIN
PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
PERCOBAAN III
PENGENALAN INDIKATOR
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk
menentukan penggunan indikator yang sesuai dengan kondisi titrasi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada proses analisis contoh yang menggunakan metode titrasi
visual, peranan indikator sangat penting dalam menentukan kondisi titik ekivalen dan titik
akhir titrasi. Kesalahan dalam menggunakan indikator mengakibatkan
kesalahan dalam menentukan suatu kadar suatu contoh. Indikator merupakan senyawa
asam atau basa lemah organik, yang memiliki keadaaan molekul tak terionisasi dan molekul
terionisasi, yang ditunjukkan dalm perbedaan warna. Kesetimbangan perubahan indikator dapat ditunjukkan
oleh reaksi berikut :
Hln
+ H2O
↔ ln- H3O+
Warna A warna B
Ka=[H3O+]
[ln-]
[Hln]
pH = pKa – log [Hln]
[ ln- ] (Day and Underwood, 1998)
Indikator yang baik harus memenuhi beberapa syarat seperti dibawah ini :
1.
Indikator harus lebih lemah dari asam atau basa analit, sehingga indikator akan bereaksi
terakhir dengan titran.
2.
Jumlah indikator yang ditambahkan harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah analit, sehingga tidak memerlukan jumlah yang besar dalam proses
memberikan indikasi atau perubahan warna.
3.
Indikator harus berwarna sangat jelas, sehingga hanya diperlukan beberapa
tetes titran larutan encer untuk menghasilkan warna yang mudah diamati oleh mata (Gunawan,1998).
Pemilihan indikator yang benar
berdasarkan pada perubahan pH larutan contoh yang terjadi pada saat titrasi
menggunakan larutan standar. Rentang perubahan pH yang menimbulkan perubahan
warna yang jelas harus diketahui. Pada titrasi larutan asam dan basa, indikator yang sering
digunakan didasarkan pada perubahan pH larutan yang terjadi, antara lain :
1.
Asam kuat dengan basa kuat, dapat
menggunakan beberapa indikator.
2.
Asam kuat dengan basa lemah,
dapat menggunakan indikator metil orange.
3.
Asam lemah dengan basa kuat, dapat menggunakan indikator phenolphthalein.
4.
Asam lemah dengan basa lemah, tidak ada indikator yang memenuhi,
karena merupakan system buffer, maka analisis disarankan secara potensiometri (Harjadi, 1990).
Karena terbentuknya endapan
mendasarkan pada harga konstanta hasil kali kelarutan (KSP), biasanya kesulitan
terjadi pada pemilihan konsentrasi dari indikator. Konsentrasi indikator harus
diatur sehingga perkalian konsentrasi dari ion kromat dengan konsentrasi
kuadrat kation perak saat titik ekivalen sedikit lebih besar dari harga KSPnya.
Bila konsentrasi indikator terlalu besar maka titik akhir titrasi terjadi
sebelum titik ekivalen. Sebaliknya bila indikaor terlalu encer titik akhir
titrasi terjadi setelah titik ekivalen. Oleh karena itu harus diusahakan agar
titik akhir titrasi terjadi bersamaan atau sedekat mungkin dengan titik
ekivalen dengan cara mengatur konsetrasi ari indikatornya. (Vogel A.I. 1958).
Terkadang dalam suatu proses titrasi
dapat digunakan indikator ganda yang merupakan gabungan beberapa indikator. Keuntungan dari
indikator ini
adalah mempunyai batas titik akhir titrasi sangat jelas. Salah satu jenis indikator ini adalah indikator universal atau lebih
dikenal dengan indikator bogen. Beberapa perubahan indikator warna indikator dan rentang pH indikator terlihat pada label
berikut ini :
Table perubahan warna indikator, rentang pH indikator pH kritis :
No.
|
Indikator
|
Perubahan warna asam basa
|
Rentang pH
|
pH kritis
|
1.
|
Timol Blue
|
Merah – Kuning
|
1,2 - 2,8
|
1,9
|
2.
|
Jingga Metil
|
Merah – Jingga
|
3,1 - 4,4
|
3,7
|
3.
|
Biru brom Metill
|
Kuning - Violet
|
3,0 - 4,6
|
4,0
|
4.
|
Hijau Brom Kresol
|
Kuning – Biru
|
3,9 - 5,4
|
4,6
|
5.
|
Merah Metil
|
Merah – Kuning
|
4,2 - 6,2
|
5,7
|
6.
|
Biru Brom Timol
|
Kuning – Biru
|
6,0 - 7,6
|
6,9
|
7.
|
Phenolphtalein
|
Tidak Berwarna –Merah
|
8,0 - 9,8
|
8,3
|
(Sumber: Anonim. 2011)
III.
ALAT DAN BAHAN
A.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini
meliputi pipet tetes sebanyak 5 buah,
plat kaca dengan 8 lubang sebanyak 2 buah, beaker gelas 100 ml sebanyak 4 buah
dan botol semprot 1 buah.
B.
Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada
percobaan ini adalah indikator metil
merah sebanyak 3 ml, phenolphtalein 3 ml, metil jingga 3 ml, HCl 0,1 N dengan
pH = 3,0 sebanyak 50 ml, NaOH 0,1 N dengan pH = 9,0 sebanyak 50 ml dan akuades
secukupnya serta kertas putih.
IV.
PROSEDUR KERJA
1.
Plat kaca disiapkan.
2.
Pada masing-masing lubang plat kaca
diteteskan indikator yang akan dianalisis sebanyak 3 tetes untuk
tiap lubangnya.
3.
Warna asal masing-masing indikator yang dianalisis dicatat.
4.
Pada tiap lubang yang berisi indicator, masing masing diteteskan 3 tetes HCl 0,1 N.
5.
Perubahan warna masing-masing indikator yang dianalisis dicatat.
6.
Pada tiap lubang yang telah berisi indikator masing-masing diteteskan 5 tetes NaOH 0,1 N.
7.
Perubahan warna masing-masing indikator yang di analisis dicatat.
8.
Langkah 1-7 di atas dilakukan untuk penambahan larutan NaOH lebih dahulu kemudian larutan
HCl.
V.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No.
|
Indikator
|
Warna Awal
|
1.
|
Metil Orange
|
Merah
|
2.
|
Metil Merah
|
Merah
|
3.
|
Phenolphtelaein
|
Tidak Berwarna
|
4.
|
Biru Timol
|
Biru
|
1.
Indikator Metil Orange
No.
|
Indikator + Larutan
|
Warna Hasil
|
1.
|
MO + HCl
|
Merah Muda
|
2.
|
MO + NaOH
|
Orange
|
3.
|
MO + HCl + NaOH
|
Merah Tua
|
4.
|
MO + NaOH + HCl
|
Merah Muda
|
2.
Indikator Metil Merah
No.
|
Indikator + Larutan
|
Warna Hasil
|
1.
|
MM + HCl
|
Ungu
|
2.
|
MM + NaOH
|
Orange
|
3.
|
MM + HCl + NaOH
|
Ungu
|
4.
|
MM+ NaOH + HCl
|
Merah
|
3.
Indikator Phenophtaelin
No.
|
Indikator + Larutan
|
Warna Hasil
|
1.
|
PP + HCl
|
Putih
|
2.
|
PP + NaOH
|
Ungu
|
3.
|
PP + HCl + NaOH
|
Ungu
|
4.
|
PP + NaOH + HCl
|
Bening
|
4.
Indikator Biru Timol
No.
|
Indikator + Larutan
|
Warna Hasil
|
1.
|
Biru Timol + HCl
|
Biru tua
|
2.
|
Biru Timol +
NaOH
|
Biru
|
3.
|
Biru Timol + HCl
+ NaOH
|
Biru
|
4.
|
Biru Timol +
NaOH + HCl
|
Merah muda
|
5.
Indikator Biru Borm Timol
No.
|
Indikator + Larutan
|
Warna Hasil
|
1.
|
Biru Borm Timol
+ HCl
|
Orange
|
2.
|
Biru Borm Timol
+ NaOH
|
Biru muda
|
3.
|
Biru Borm Timol
+ HCl + NaOH
|
Biru muda
|
4.
|
Biru Borm Timol
+ NaOH + HCl
|
Bening
|
B. Pembahasan
Dalam
praktikum ini adalah praktikum perubahan warna indikator. Dimana bahan-bahannya
berupa merah metil, phenolphtalien, metil orange atau jingga metil, biru timol
dan biru timol brom. Kemudian ditambahkan dengan larutan asam dan basa yakni
NaOH dan HCI sehingga terjadi perubahan warna larutan.
Percobaan
pertama penambahan metil merah pada larutan HCI menghasilkan perubahan warna
pada larutan yakni kuning. Penambahan metil merah dengan larutan yang bersifat
basa(NaOH) menghasilkan warna kuning. Penambahan larutan antara asam dan basa,
yang dimulai dengan larutan NaOH kemudian ditambahkan HCI dengan indikator
metil merahmenghasilakan warna merah pada larutan tersebut. Sedangkan jika
larutan dituangkan menjadi penambahan indikator metil merah pada larutan HCI
yang bersifat asam ditambah larutan NaOH yang bersifat basa menghasilkan
perubahan warna menjadi ungu.
Percobaan
ke dua dilakukan dengan indikator jingga metil, penambahan jingga metil atau
metil orange pada larutan asam maupun basa akan menghasilkan perubahan warna
pada larutan tersebut. Penambahan indikator metil orange atau jingga metil pada
larutan HCI akan menghasilkan perubahan warna menjadi merah muda, sedangkan
penambahan indikator orange pada larutan NaOH akan terjadi perubahan warna
menjadi jingga. Penambahan indikator yang sama yakni jingga metil pada larutan
NaOH yang ditambah dengan larutan HCI akan terbentuk perubahan warna merah
muda, sama halnya dengan indikator jingga metil ditambah dengan HCI. Sedangkan
penambahan indikator metil orange dengan larutan yang diawali dengan larutan
HCI ditambah NaOH, maka terjadi perubahan warna pada larutan menjadi merah
muda.
Percobaan
ke tiga menggunakan indikator phenolphtalein yang bertujuan untuk diketahui
perubahannya saat direaksiakan dengan larutan HCI, NaOH,HCL dan NaOH dan NaOH
dengan HCI. Penambahan indikator phenolphtalein pada larutan NaOH yang bersifat
basa menghasilakn peubahan warna ungu. Sedangkan penambahan indikator
phenolphtalein pada HCI maka terjadi perubahan warna putih. Penambahan
indikator yang sama yakni phenolphtalein pada larutan NaOH yang ditambah
larutan HCI maka akan menghasilkan warna bening dan penambahan indikator
phenolphtalein dengan larutan yang diawali dengan larutan HCI ditambah NaOH,
maka terjadi perubahan warna pada larutan menjadi ungu.
Percobaan
ketiga menggunakan indikator biru timol, penambahan biru metil pada larutan HCI
yang menghasilkan warna biru tua, sedangkan penambahan indikator biru timol
pada larutan NaOH akan menghasilkan warna biru. Penambahan indikator yang sama
yakni biru timol pada larutan tan NaOH
kemudian ditambah lagi larutan HCI akan menghasilkan warna merah muda dan penambahan
indikator biru timol yang diawali dengan larutan HCI ditambah lagi larutan
NaOH, maka terjadi perubahan warna pada larutan menjadi warna biru.
Percobaan
empat menggunakan biru timol brom, penambahan biru timol brom pada larutan NaOH
akan menghasilkan warna biru muda, sedangkan penambahan indikator biru timol
brom pada larutan NaOH yang ditambah larutan HCI maka akan menghasilkan warna
bening dan penambahan indikator biru timol brom yang diawali penembahan larutan
HCI kemudian ditambah larutan NaOH maka warna akan mengalami perubahan menjadi
warna biru muda.
VI.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Indikator adalah senyawa asam basa lemah organik yang
memiliki keadaan molekul tak terionisasi yang ditunjukkan dengan perubahan
warna.
2.
Indikator harus lebih lemah dari asam atau basa analit,
jumlah indikator yang ditambahkan harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah analit, indikator harus jelas warnanya.
3.
Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah
metil merah, phenolphtalein dan metil jingga.
4.
Keuntungan dari indikator adalah mempunyai batas titik
akhir titrasi sangat jelas.
5.
Larutan asam dapat menetralisir sifat basa dan
sebaliknya, sehingga indikator mengalami perubahan warna. Perubahan warna pada
indikator juga tergantung sifat asam atau basa pada larutan.
6.
Perubahan warna indikator jingga metil adalah dari
warna merah berubah menjadi warna jingga yang mana rentang pHnya dari 3,1
sampai 4,4. Pada indiktor merah metil perubahan warna dari warna merah menjadi
warna kuning dan rentang pHnya dari 4,2 sampai 6,2. Indikator PP perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi wrna ungu dan rentang pHnya dari 8,0 sampai
9,8.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengenalan indikator
Diakses pada tanggal 23 November 2012
Day, R.A. Jr and A.L. Underwood, 1998. Kimia
Analisa Kuantitatif. Edisi
revisi,
Tejemahan R. Soendoro dkk. Penerbit Erlangga. Jakarta
Gunawan, Adi. 1998. Tangkas Kimia. Kartika.
Surabaya.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Penerbit PT. Gramedia. Jakarta
Vogel A. I. 1958, A Texk Book Of
Quantitative Inorganic Analysis, Second
Edition, Longmans, New York.
LAMPIRAN
1. Apa
yang dimaksud dengan pH kritis ?
Berikan
komponen – komponen indikator
pada indikator
universal ?
Warna
apakah yang terjadi pada Beaker Gelas 1 dan 2 ? Mengapa demikian ?
2. Jika
ditambahkan indikator
Metil Red pada gelas pada Beaker Gelas 4, warna apa yang terjadi ? Mengapa
demikian?
Jawab :
1. pH
kritis adalah pH larutan yang terlalu asam (mempunyai pH 1,2 atau 3) atau pH
larutan yang terlalu basa (mempunyai pH 8 atau 9)
2. Komponen
indikator
pada indikator
universal adalah berbentuk kertas berwarna kuning, jika dicelupkan ke dalam
larutan asam atau basa, warna kertas akan berubah sesuai keasaman dan kebasaan.
3. Warna
yang terjadi pada beaker gelas 1, yang berisi HCl yang ditetesi indikator Phenol Phtalin berwarna
bening (tidak berwarna), karena HCl merupakan asam kuat.
4. Warna
yang terjadi beaker gelas 4,berisi NaOH yang ditetesi indikator Metal Red berwarna
kuning, karena NaOH merupakan asam kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar