LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
PERCOBAAN IV
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
SERTA REAKSI ASAM BASA
![]() |
NAMA : DICKY DWI PURYANTO
NIM : E1E112205
KELOMPOK : 5 (LIMA)
ASISTEN : YAHYA SOLIKHIN
PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
PERCOBAAN IV
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
SERTA
REAKSI ASAM BASA
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan
percobaan praktikum ini yaitu membuat larutan NaOH dan dari larutan H2SO4, pengenceran
larutan H2SO4, menghitung konsentrasi larutan dengan beberapa satuan dan menentukan konsentrasi larutan asam dengan larutan Na2CO3.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Larutan didefinisikan sebagai campuran
homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinyadapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan
atau padatan.. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan
solvent (pelarut) adalah medium dalam dimana solute terlarut
(Baroroh, 2004)
Larutan encer dapat dibuat dari larutan pekat dengan
mengambil sejumlah larutan pekat dan ditambahkan air dengan volume tertentu
jumlah larutan pekat yang di ambil dan air yang ditambahkan dihitung dengan
rumus (Syukri,1999).
Titrasi yang melibatkan reaksi antara
asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam basa atau asidi
alkalimetri. Secara teknis titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit
demi sedikit dan bahkan tetes demi tetes larutan basa melalui buret, ke dalam
larutan asam dengan volum tertentu yang terletak dalam labu erlenmeyer sampai
keduanya tepat habis yang ditandai dengan berubahnya warna indikator
(Liliasari, 1993 : 131)
Untuk mengetahui perubahan warna di pakai
suatu indikator. Indikator adalah zat yang warnanya berbeda dalam lingkungan
yang sifatnya berlainan. Pada titrasi ini digunakan indikator asam basa.
Indikator asam basa adalah senyawa organik golongan pewarna yang mampu
memberikan perubahan warna apabila pH dari suatu larutan berubah. Ada beberapa
indikator asam basa diantaranya adalah:
1. Kertas lakmus.
2. Larutan metil orange.
3. Phenophtalein (Gunawan, 1998).
Larutan dilihat
berdasarkan keadaan fasa setelah bercampur ada yang homogen dan heterogen.
Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa yaitu yang mempunyai
sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya.
Contoh larutan homogen yaitu gula dan alkohol dalam air. Sedang campuran
heterogen adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih, contohnya air
susu dan air kopi (Sukmariah dan Kamianti, 1990).
Larutan dapat dibedakan menjadi :
- Larutan encer adalah larutan yang
mengandung sejumlah kecil zat terlarut relatif terhadap jumlah zat pelarut.
- Larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut.
- Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak
dapat melarutkan zat terlarut atau sudah terjadi pengendapan.
- Larutan belum jenuh adalah larutan yang
masih bisa untuk melarutkan zat terlarut atau belum terjadi atau terbentuk
endapan.
- Larutan tepat jenuh adalah larutan yang
menimbulkan endapan (Keenan, 1991).
Yang menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut dikenal istilah konsentrasi.
Konsentrasi larutan dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen berat (W/W),
persen volume (V/V), persen lab, molalitas, molaritas, normalitas, ppm, ppb, fraksimol dan lain-lain (Keenan, 1991).
Titrasi asam basa
adalah titrasi yang melibatkan reaksi netralisasi dimana asam bereaksi dengan
sejumlah ekivalen basa. Kurva titrasi dibuat dengan memplot pH larutan sebagai
fungsi dari volume titran yang ditambahkan. Titran selalu merupakan asam atau basa kuat, sedangkan analit bisa berubah basa
atau asam kuat ataupun basa atau asam lemah. (http://dwitaariyanti.blogspot.com/2010/10/pembuatan-dan-pengenceran-larutan-serta-asam-basa.html).
Indikator adalah
suatu asam atau basa, maka jumlah yang harus ditambahkan hendaknya sesedikit
mungkin, sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi pH dan titran yang
menyebabkan terjadinya perubahan sedikit. Dengan demikian indikator biasanya
dibuat dengan konsentrasi beberapa persen saja dan ditambahkan sekitar 2-3
tetes ke dalam larutan yang titrasi (Oxtoby, 2001).
Campuran asam basa dapat dititrasi secara bertahap bila
ada perbedaan yang mencolok. Di sini harus ada perbedaan Ka sedikitnya 104.
Bila campuran dua asam kuat dititrasi bersamaan, maka tidak akan ada perbedaan
dengan titrasi asam kuat tunggal, sehingga hanya satu titik ekivalen. Hal yang
sama juga terjadi untuk campuran asam lemah jika harga kedua Ka–nya tidak jauh
berbeda (Day dan Underwood, 1998).
Titrasi dalam pelarut bukan air asam dan basa dengan
tetapan ionisasi kurang dari 10-7 dan 10-8 terlalu lemah
untuk dititrasi secara akurat dalam larutan berair. Pelarut inert atau aprotik
dan pelarut amfiprotik. Dengan pelarut amfiprotik, asam atau basa akan
disesuaikan dengan kekuatan kation atau anion, dimana asam dan basa tersebut
akan mengalami ionisasi sempurna (Basset, 1994).
Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk
sembilam macam larutan, tetapi zat berwujud padat dan cair tidak dapat
membentuk larutan dalam pelarut berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan
cair dalam zat lain yang berwujud gas akan membentuk campuran heterogen. Sifat
larutan sedikit menyimpang dari sifat pelarut karena adanya zat terlarut,
penyimpangan semakin besar dan jika komposisi zat terlarut ditambah. Untuk
menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif disebut konsentrasi (Sukmariah dan Kamianti, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN
- Alat
Alat-alat yang dipergunakan pada percobaan ini adalah Erlenmeyer,
buret, gelas piala, labu takar, pipet tetes, pipet Mohr, pipet gondok dan
termometer.
B. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah H2SO4, NaOH, Na2CO3, indikator metil orange, PP dan metil merah.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Larutan H2SO4
-
Menimbang
labu takar 50 ml kosong (a gram), dan mengisi labu takar
50 ml dengan aquades sampai kira-kira ¾ nya, dan menimbang (b gram, kemudian ukur suhunya (t1)).
-
Menimbang
gelas ukur kosong (c gram), mengisi 1 ml H2SO4 pekat ke dalam gelas ukur, dan menimbangnya (d
gram) dan mengukur volumenya, serta mengukur suhu dengan termometer (t2).
-
Menuangkan
H2SO4 pekat dengan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
labu takar, menepatkan labu takar dengan aquades sampai 50 ml, lalu mengocoknya agar homogen, menimbang larutan H2SO4 yang terjadi (e gram), mengukur suhu dengan
termometer (t3).
-
Menentukan
sifat pelarutan asam sulfat dan konsentrasinya dalam satuan % (w/w), % (v/v),
molalitas, molaritas, ppm, dan fraksi mol.
B. Pembuatan Larutan NaOH
1. Menimbang 2 butir (kurang lebih 0,3 gram) NaOH dan melarutkan dalam gelas piala dengan sedikit air yang baru
dihangatkan.
2. Merasakan larutan apakah terasa lebih
panas, tetap atau lebih dingin dari sebelumnya.
3. Memindahkan larutan tersebut kedalam labu
takar 50 ml. Membilas gelas piala dengan aquades.
4. Mengencerkan dan menepatkan sampai tanda
tera, kocok supaya homogen.
5. Menentukan konsentrasi NaOH yang dibuat
dalam molaritas dan % (w/v).
C. Pengenceran Larutan H2SO4
1. Memipet 5 ml larutan H2SO4 yang telah dibuat pada prosedur A, memasukkannya ke dalam labu takar 50 ml.
2. Mengencerkan dan menepatkan sampai tanda
tera, serta mengocok supaya homogen.
3. Menentukan konsentrasi H2SO4 hasil pengenceran.
D. Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl
terhadap 0,1 N NaOH)
-
Mengambil
20 ml larutan NaOH, memasukkan ke dalam erlenmeyer.
-
Menambahkan
2-3 tetes indikator merah metil.
-
Mengisi
buret dengan larutan HCl 0,1 N dan mencatat pembacaan awal pada
buret.
-
Mentitrasi
larutan NaOH dengan larutan HCl dan mencatat pembacaan volume akhir,
melihat titik
-
akhir
bila indikator berubah dari warna kuning menjadi merah muda. Mengulangi titrasi sampai 2 kali. Kemudian
merata-ratakan hasil yang diperoleh.
-
Menghitung
konsentrasi larutan NaOH.
E. Titrasi Basa terhadap Asam (0,1 N NaOH
terhadap 0,1 N HCl)
-
Mengambil
20 ml larutan HCl 0,1 N kedalam
erlenmeyer, dan menambahkan 2-3 tetes indikator merah metil.
-
Mentitrasi
larutan ini dengan larutan NaOH (larutan NaOH berada dalam buret). Mencatat
pembacaan awal buret dan pembacaan akhir buret. Mengulangi 2 kali,
merata-ratakan hasilnya. Menghitung konsentrasi NaOH.
-
Membandingkan
hasilnya dengan percobaan pertama.
F. Penentuan konsentrasi larutan standar dengan
larutan Na2CO3
-
Mengambil
15 ml larutan H2SO4 encer yang telah dibuat, memasukkan ke
dalam labu erlenmeyer.
-
Menambahkan
2-3 tetes indikator metil orange dan menitrasi larutan ini dengan standar
Na2CO3 0,1 M sampai terjadi perubahan warna. Melakukan 2
kali.
-
Menghitung
Molaritas H2SO4 tersebut hingga 4 (empat) desimal.
-
Mengulangi
titrasi dengan menggunakan indikator phenolphtalen.
V.
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Data hasil Pengamatan
1.1
Pembuatan Larutan H2SO4
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Labu takar 50 ml ditimbang.
Labu takar diisi dengan akuades hingga ¾ penuh dan ditimbang.
Suhu awal diukur.
Gelas ukur kosong ditimbang.
1 ml H2SO4 pekat ditambahkan lalu dikocok hingga homogen.
Suhu akhir diukur.
Gelas ukur tersebut diisi
hingga batas tera dengan akuades.
Massa labu takar ditimbang dengan larutan H2SO4.
|
Massa = 45,55 gr.
Massa = 63,28 gr.
Massa = 36,00 gr
Massa = 37,62 gr
Massa = 95,94 gr.
|
1.2 Pembuatan Larutan NaOH
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
Kristal NaOH ditimbang.
Kristal tersebut dilarutkan
dengan akuades hangat, dan dirasakan larutannya.
Larutan dimasukkan ke
dalam labu takar 50 ml, dan ditambahkan akuades hingga batas
tera, serta dikocok sampai homogen.
|
Massa = 0,3 gr
Larutan menjadi lebih hangat.
|
1.3
Pengenceran Larutan H2SO4
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
5 mL H2SO4 hasil percobaan A dimasukan
ke dalam labu takar 50 ml.
Larutan ini ditambahkan akuades hingga batas tera.
Larutan ini dikocok hingga homogen.
|
V H2SO4 = 5 ml
V pengenceran = 50 ml
|
1.4
Titrasi Asam Terhadap Basa
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Larutan NaOH hasil
percobaan B sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam erlemeyer dan ditambahkan 3 tetes indikator metal merah.
Larutan HCl 0,1 N dimasukkan ke dalam buret dan dibaca pembacaan volume awal.
Larutan NaOH ini dititrasi.
Volume akhir dibaca.
Volume titrasi dihitung.
|
Warna kuning
·
V1
= 36 ml HCl
V2
= 38 ml
DV = V2 – V1
= 38 – 36
= 2 ml
Warna larutan menjadi bening
·
V1
= 38 ml HCl
V2
= 41,8 ml
DV = V2 – V1
= 41,8 – 38
= 3,8 ml
Hasil titrasi
![]()
2
![]()
2
![]()
2
= 2,9 ml
|
1.5 Menitrasi
Basa terhadap Asam ( 0,1 N NaOH terhadap 0,1 N HCl )
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
10 mL HCl dimasukan ke dalam 100 ml dan ditambahkan 3 tetes metil merah.
Buret diisi dengan NaOH 0,1 N dan dicatat pembacaan volume awal.
Larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH.
Pembacaan volume akhir dicatat.
Volume titrasi dihitung dengan merata-ratakannya.
|
Warna awal pink
V1 = 16,4 ml
Warna larutan menjadi kuning.
V2 =
15,5 ml
DV = V2 + V1
![]()
2
= 15,95 ml
|
1.6 Penentuan
Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
15 mL H2SO4 hasil percobaan C dimasukkan ke dalam
erlemeyer 50 ml.
3 tetes metil orange ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
Na2CO3
dimasukkan ke
dalam buret dan dibaca volume awal.
Larutan Na2CO3 dititrasi
Pembacaan
volume akhirnya dihitung
Volume titrasinya dihitung.
|
Berwarna bening
Warna larutan merah muda
V1 = 10
ml
Warna larutan menjadi jingga.
V2 = 16,8 ml
DV = V2 – V1
= 16,8 – 10
= 6,8 ml
|
2. Perhitungan
A. Konsentrasi
Larutan H2SO4 dengan
satuan :
1.
Molaritas H2SO4
Diketahui : P = 1,84
kg/L atau 1.840 gr/L
Konsentrasi % berat = 97%
BM = 98,08 gr/mol
Ditanya : M sebenarnya =
...?
Jawab :
1.840 x 97 = 1.784, 8 gr

100



L
BM x L 98,08 x 1
Jadi,
molaritas larutan H2SO4 adalah 18,197 M.
2. %
(w/w)
Diketahui :
massa H2SO4 = 4,802 gr
Massa
pelarut = 46,378 gr
Ditanya : % (w/w) = ... ?

Massa H2SO4
+ massa pelarut

4,802 + 46,78
=
9,382 %
Jadi,
konsentrasi larutan H2SO4 dalam
satuan % (w/w) adalah 9,382 %.
3.
% (v/v)
Diketahui : V H2SO4
pekat = 2 ml
Volume pengenceran = 50 ml
Ditanya : %
(v/v) =
…?

50
ml

50
= 4 %
Jadi, konsentrasi H2SO4
dalam satuan %(v/v) adalah 4 %.
4.
Molaritas
Diketahui : M H2SO4 = 18,197 ( M1)
: V H2SO4 = 2 ml (V1)
: V H2SO4 = 50 ml (V2)
Ditanya : M2 =
…?
Jawab : M1 x V2 = M2
x V1


V2
50
=
0,7278
Jadi, konsentrasi H2SO4
adalah 0,7278 molar.
5.
Molalitas
Diketahui :
M H2SO4 pekat = 4,082 gr
BM =
98,08 gr/ mol
Massa pelarut =
0,046 kg
Ditanya :
Molalitas = …?
Jawab :


Kg pelarut 0,046
Jadi, konsentrasi H2SO4
adalah 1,063
molar.
6.
p.p.m
Diketahui :
m H2SO4 = 4,082 kg = 4.082 gr
1 larutan =
50 ml = 0,05 L
Ditanya :
p.p.m = …?
Jawab :


1 larutan
0,05
Jadi, konsentrasi larutan H2SO4
adalah 96040 p.p.m.
VI.
Pembuatan larutan NaOH
1.
Konsentrasi NaOH



V 0,05 0,05
Jadi,
konsentrasi NaOH adalah 0,15 M
2.
% (w/v)
Diketahui :
Mr NaOH = 40 gr/ mol
NaOH = 0,3 gr
V =
50 ml = 0,05 L
Ditanya : % (w/v) =
…?
Jawab :
% (w/v) =
0,3/ 50 x 100 % = 0,6 %
Jadi, konsentrasi NaOH adalah 0,6 %.
C. Pengenceran Larutan H2SO4 0,36 M
Diketahui : V H2SO4 mula-mula = 5 ml
M
H2SO4 mula-mula = 0,72788 M
V setelah
pengenceran = 50 ml
Ditanya : M HCl


V2
50
Jadi konsentrasi larutan H2SO4
sesudah pengenceran sebesar 0,072788
D. Titrasi Asam Terhadap Basa (0,1 N HCL terhadap 0,1 NaOH)
Diketahui : VHCl(1) = 11 ml
VHCl(2) = 11,30 ml
NHCl = 0,1 N
VNaOH = 10 ml
Ditanya : NNaOH = ....?
Jawab :
Vtitrasi = 11 + 11,3

=
11,15 ml
NHCl . VHCl = NNaOH . Vtitrasi
NHCl
. 10 = 0,1 . 11,15

10 ml
= 0,1115 N
E. Titrasi Basa Terhadap Asam (0,1 N NaOH terhadap 0,1 HCl)
Diketahui : VNaOH(1) = 18,2 ml
VNaOH(2) = 35,8 ml
NNaOH = 0,1 N
VHCl = 10 ml
Ditanya :
Vtitrasi
= ....?
Jawab :
Vtitrasi = 35,8 – 18,2
=
17,6 ml
Konsentrasi NaOH
= …?


N
NaOH 17,6
Jadi, konsentrasi NaOH adalah 0,057
N.
F. Penentuan Konsentrasi Larutan Standar
dengan Larutan Na2CO3
Diketahui : M
Na2CO3 (M2) = 0,1 M
V H2SO4 (V1) = 15 ml
V
Na2CO3 (V2) = 18,6 ml
Ditanya : M H2SO4
(M1) = …?

15
= 0,124 molar
Jadi, konsentrai H2SO4 dengan
indicator MO adalah 1,924 molar.
Ditanya : M H2SO4 ( M1) =
…?

15
Jadi, konsentrasi H2SO4 dengan
indicator PP adalah 0,1713 molar.
3. PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan H2SO4
Labu takar 50 ml kosong ditimbang dan didapatkan
massanya sebesar 45,55 gr. Kemudian labu takar tersebut diisi akuades ¾ penuh dan menghasilkan massa sebesar 63,28 gr.Setelah dimasukkan 1 ml
H2SO4 pekat (18 M). Lalu larutan H2SO4 ditambahkan akuades hingga batas tera
(volume larutan 50 ml). Kemudian ditimbang
dan didapatkan massanya sebesar 95,94
gr. Molaritas (M) sebesar 0,36 mol/liter.
H2SO4 merupakan asam kuat, cairannya tidak berwarna dan
dapat bercampur dalam semua perbandingan. Pembuatan larutan H2SO4 merupakan penggunaan dari prinsip pengenceran
larutan. Reaksi yang terjadi :

B. Pembuatan Larutan NaOH
NaOH atau Natrium Hidroksida
merupakan salah satu basa kuat yang terdisosiasi sempurna dalam
air.Garam-garamnya akan membentuk larutan bening dan tidak berwarna, kecuali
jika anionnya berwarna. NaOH merupakan padatan yang bila disentuh oleh tangan
akan terasa licin.
Percobaan pembuatan NaOH, 0,31 gram NaOH dilarutkan dalam sedikit akuades yang dihangatkan. Tujuan
penggunaan akuades hangat adalah untuk mencegah terbentuknya CO3-2.
Apabila CO3-2 terbentuk akan menyebabkan berkurangnya
kebebasan atau kemolaran kebasaan NaOH, sesuai dengan sifat CO3-2
yang bersifat asam sehingga dapat mengurangi kebasaan zat atau larutan. Setelah
dilarutkan, NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan akuades
hingga batas tera (volume larutan menjadi 50 mL) kemudian dikocok hingga
homogen (antara zat terlarut dan pelarut tidak dapat dibedakan lagi). Dari
massa dan volume NaOH didapatkan beberapa satuan konsentrasi antara lain % w/v
sebesar 6,2 % dan kemolaran NaOH sebesar 0,155 M.
Reaksi yang terjadi:

C.
Pengenceran Larutan H2SO4
Pada percobaan pengenceran larutan H2SO4, pengenceran dilakukan dengan cara mencampurkan 10 ml H2SO4 percobaan A dengan 40 ml akuades. Sehingga,
volume larutan menjadi 50 mL. Kemudian larutan dikocok agar homogen. Pada saat
larutan sudah homogen warna larutan hasil pengenceranm sebesar 0,072788 M. Pada pengenceran volume larutan mengalami perubahan [bertambah], namun
mol zat terlarut tetap sehingga berlaku mol mula-mula = mol setelah pengenceran.
D.
Menitrasi Asam Terhadap Basa
Mula-mula 20 ml larutan NaOH ditambahkan
3 tetes PP. Dari titrasi didapatkan volume sebesar 21,5 ml HCl 0,1 N.
E.
Menitrasi Basa Terhadap Asam
Pada percobaan titrasi basa terhadap asam,
10,7 ml. HCl dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Dan sesuai perhitungan Volume
titrasi sebesar 7,05 ml. Reaksinya :

F.
Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan Na2CO3
Mula-mula 15 ml larutan H2SO4 ditetesi methyl orange, sehingga warna
larutan menjadi merah muda Setelah dititrasi warna larutan menjadi jingga. Dan molaritas H2SO4 sebesar 0,168 M. Reaksi yang
terjadi :

VII.
KESIMPULAN
1. Larutan merupakan campuran homogen antara dua tau lebih zat yang terdispersi
baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
2. Indikator yang digunakan dalam percobaan titrasi menentukan warna
yang akan dihasilkan. Dengan menggunakan indikator yang sesuai maka akan dapat
terbaca sifat larutan tersebut.
3. Titrasi HCl encer yang ditetesi indikator metil merah menjadi
kuning. Sedangkan titrasi HCl encer yang ditetesi indikator phenophtalein
dengan NaOH akan menghasilkan perubahan warna dari bening menjadi ungu.
4. Konsentrasi titrasi NaOH oleh HCl sebesar 0,1 M, sedangkan
konsentrasi titrasi HCl oleh NaOH sebesar 0,103 M.
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, 2004 Larutan dan Zat Terlarut. Jakarta : Erlangga.
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Day, R.A. dan Underwood. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Gunawan, Adi. 1998. Tangkas Kimia. Kartika.
Surabaya.
Keenan, Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk
Universitas. Erlangga. Jakarta.
Liliasari,
1993 : 131. Titrasi antara asam
dan Basa. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-prinsip
Kimia Modern jilid I. Erlangga. Jakarta.
Sukmariah, M. dan Kamianti. 1990. Kimia
Kedokteran I. Bina rupa Aksara Jakarta.
Syukri,1999. Larutan Encer dan Pekat. Erlangga. Jakarta.